Opini :

MANAJEMEN BERACUN

Redaktur
Redaktur

Rabu, 03 Mei 2023 19:49

Hanya tulisan biasa, bukan hal yang luar biasa tapi biasa terjadi disekitar kita...

Pada dasarnya, semua agama mengajarkan umatnya untuk bekerja keras mencari nafkah dan mengembangkan diri.

Seperti Islam, agama lain juga mencela atau melarang umatnya bermalas-malasan, yaitu mereka yang hanya menggantungkan hidup dari belas kasihan orang lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Kalau dalam Islam, kerja itu ibadah. Membanting tulang mencari nafkah yang halal untuk kebutuhan keluarga merupakan ibadah yang bernilai sangat tinggi, bahkan termasuk salah satu bagian dari jihad. Karena itu, Allah SWT sangat menghargai kerja keras dan karya nyata seseorang.

Karena itu pula, bekerja dikatakan sebagai bagian dari kehendak dasar (fitrah) setiap manusia. Maksudnya, setiap orang yang normal dan sehat akalnya tentu akan merasa senang bekerja guna memenuhi kebutuhannya dan merasa ada sesuatu yang hilang bila tidak memiliki pekerjaan, apalagi
menyia-nyiakan waktu luang hanya untuk hal-hal yang tidak bermanfaat.

Dalam perintah agama, kita juga tidak diperbolehkan membeda-bedakan jenis pekerjaan. Pada prinsipnya, semua pekerjaan diperbolehkan kecuali yang jelas-jelas dilarang. Misalnya dalam berdagang. Menawarkan jasa dalam berdagang, boleh-boleh saja. Yang dilarang itu, bila caranya curang dan barang dagangannya haram.

Sama seperti seorang pegawai, tidak dibolehkan mengurangi jam kerja apalagi bolos saat kerja, atau seorang pimpinan perusahaan atau bagian dari manajemen dibawahnya berlaku culas atau melakukan mark-up. Begitupun dengan para pejabat, tidak korupsi atau menyalahgunakan wewenang dan kekuasaannya untuk kepentingan diri sendiri dan atau golongannya.

Begitu kira-kira antara lain konteks kerja dan mencari nafkah dalam pandangan sederhana menurut agama.

Tapi pada kehidupan sehari-hari, dalam konteks bekerja mencari nafkah, kita kadang menghadapi beragam masalah. Misalnya konflik dan disharmonisasi di tempat kerja.

Bagaimana cara mengatasinya ?

Seperti perintah agama, kita bekerja hakikatnya untuk mencari nafkah, sambil berkreasi dengan mengikuti ‘aturan main’ perusahaan sekaligus berupaya mengembangkan diri secara profesional.

Makanya, tempat kerja seharusnya menjadi tempat yang nyaman dan damai, tempat dimana kita bisa tumbuh dan berkembang menjadi orang-orang yang lebih baik lagi, kreatif dan profesional.

Memang benar, sering kali kita temui ada tempat kerja yang justru penuh konflik dan persaingan hingga terjadi disharmonisasi dalam tubuh manajemen. Tak jarang kita temui orang-orang dalam lingkungan kerja kita, ada pihak yang cemburu dan iri, bahkan saling bermusuhan. Mereka saling menggunjingkan keburukan pihak lain dan saling menjatuhkan.

Ada pula tempat kerja dengan sistem manajemen yang ‘amburadul’. Karyawan diposisikan seperti ‘budak’. Atau sebaliknya, pemilik usaha atau pemimpin perusahaan itu justru sering digunjingkan diam-diam oleh bawahannya.

Hal-hal seperti itu setidaknya menjadi tanda bahwa sistem manajemen pada perusahaan itu tidak berjalan baik. Malah bisa dikatakan bermanajemen buruk.

Maka bila ingin mencari kerja, carilah tempat kerja dengan manajemen yang baik. Hindari bekerja pada tempat kerja yang menggunakan sistem manajemen ‘beracun’.

Kalau pun kita bekerja di tempat seperti itu, maka kita harus berinisiatif sendiri melakukan perubahan sistem manajemen. Tanpa itu, tentunya sulit untuk menjadikan tempat kerja tersebut menjadi tempat yang nyaman untuk beraktivitas mengembangkan diri dan bekerja secara profesional.

Selain itu ada beberapa hal yang bisa dilakukan sendiri. Kuncinya, bangun hubungan profesional di tempat kerja, bukan hubungan pribadi. Apalagi bekerja bersama seorang yang hanya ingin mencari ‘kepentingan pribadi’.

Hubungan pribadi yang akrab saja pun sering jadi masalah di tempat kerja. Apalagi hubungan yang buruk. Karena itu, sekali lagi, bangun hubungan profesional, hubungan dalam rangka kerja saja. Tak usah memanipulasi kondisi atau keadaan.

Selebihnya, kita harus belajar untuk ‘mengabaikan’ hal-hal yang tak bermanfaat dan tidak berhubungan dengan tujuan kita hadir di tempat kerja, karena sesuai yang agama perintahkan tadi, yaitu kita bekerja semata untuk mencari nafkah dan untuk belajar mengembangkan diri, disamping membangun tim kerja yang solid dan sinerjis untuk mencapai tujuan perusahaan. (*)

Penulis : Ir Zulkarnain Ali Naru

 Komentar

Berita Terbaru
Opini01 Desember 2023 17:00
MONSTER GENOSIDA
Beberapa waktu lalu, dari Gaza, Palestina, dikabarkan sekitar 11.000 bungkusan jenazah diturunkan kedalam tanah. Data tersebut, termasuk 4.506 bayi da...
Metro01 Desember 2023 07:42
30 Tahun Tak Bayar Pajak, Satu Juta Lebih Kendaraan di Sulsel Berpotensi Dikandangkan
POSMAKASSAR.COM – Sekitar satu juta lebih kendaraan di Sulawesi Selatan (Sulsel) terancam akan dihapus status kendaraannya. Tim Direktorat Lalulinta...
Opini30 November 2023 23:58
INDAHNYA LUKISAN ALAM
Menyusuri jalan setapak berbukit yang berkelok hasil swadaya sejak masa penjajahan. Jalur pintas dari Kota Malino ke kab Maros lewat Kampung Parigi ke...
Metro30 November 2023 21:06
Dispar Makassar Raih Penghargaan WiNNER
POSMAKASSAR.COM — Dispar Makassar meraih penghargaan sebagai mitra strategis dalam Ajang Wirausaha Sosial untuk Negeri (WiNNER). Prestasi ini di...