‘The Three Musketeers’, Skenario Jelang Pilpres

Redaktur
Redaktur

Selasa, 24 Oktober 2023 17:30

‘The Three Musketeers’, Skenario Jelang Pilpres

Pencalonan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Walikota Solo Gibran Rakabuming Raka tiba-tiba menjadi perbincangan banyak orang.

Berbagai tanggapan pun muncul ditengah masyarakat. Mulai dari dugaan potensi penyalahgunaan wewenang, terbajaknya sistem demokrasi, hingga ancaman suburnya politik dinasti dinilai dan dianggap akan mewarnai jalannya Pilpres 2024.

Apa sebab musababnya ?

Kata orang-orang bermula dari putusan Mahkamah Konstitusi (MK) tentang batas usia.

Penilaian itu muncul karena putusan MK terkait uji materi Pasal 169 huruf q Undang-Undang Pemilu memberi ruang bagi Gibran Rakabuming Raka menjadi Calon Wakil Presiden (Cawapres) saat bapaknya, Joko Widodo, masih menjabat dan berkuasa sebagai presiden pada waktu pemilihan, yaitu 14 Februari 2024.

Dalam putusannya, MK menyatakan seseorang yang di bawah usia 40 tahun bisa menjadi Capres maupun Cawapres asalkan sedang atau pernah menduduki jabatan negara yang dipilih melalui pemilu, termasuk pemilihan kepala daerah.

Yang menarik, Gibran juga mengakui bila dirinya telah diminta Prabowo berkali-kali agar menjadi pendamping Menteri Pertahanan itu pada Pilpres 2024 mendatang.

Gibran yang kini berusia 36 tahun adalah putra pertama Presiden Jokowi yang kini menjabat sebagai Walikota Solo.

Lalu, siapakah yang diuntungkan maupun yang dirugikan dari putusan MK yang sudah mengikat itu? Mengapa Gibran begitu menarik dan bagaimana peta politik Pemilu 2024 mendatang, serta akan kemana arah dukungan Jokowi?

Saya teringat dengan novel petualangan sejarah Perancis yang ditulis pada tahun 1844 oleh penulis Perancis Alexandre Dumas, judulnya “The Three Musketeers ” (Perancis: Les Trois).

Novel yang kemudian dituangkan dalam cerita film ini, berlatar antara tahun 1625 dan 1628, menceritakan petualangan seorang pemuda bernama d’Artagnan (karakter berdasarkan Charles de Batz-Castelmore d’Artagnan ) setelah dia meninggalkan rumah untuk melakukan perjalanan ke Paris, berharap untuk bergabung dengan Musketeers of the Guard .

Meskipun d’Artagnan tidak dapat segera bergabung dengan korps elit ini, dia berteman dengan tiga musketeer paling tangguh di zamannya ini, yakni Athos , Porthos , dan Aramis, atau “The Three Inseparables”– ketika terlibat dalam urusan kenegaraan dan pengadilan.

The Three Musketeers pada dasarnya adalah novel sejarah dan petualangan. Namun, Dumas sering menggambarkan berbagai ketidakadilan, pelanggaran dan absurditas dari Rezim Lama , memberikan novel ini makna politik tambahan pada saat penerbitannya, saat perdebatan di Perancis antara kaum republikan dan kaum monarki masih sengit.

Konon, cerita ini pertama kali dibuat berseri dari bulan Maret hingga Juli 1844, pada masa Monarki Juli , empat tahun sebelum Revolusi Perancis tahun 1848 mendirikan Republik Kedua .

Bila digambarkan, kondisi saat ini, “The Three Musketeers” dan “The Three Inseparables” ada pada tiga tokoh sentral yang sangat berpengaruh pada Pilpres 2024 mendatang, yakni Jokowi, Megawati dan Prabowo.

Bagaimana dengan Gibran ?
Kalau di amsalkan, dia mendapat peran petualangan seperti yang digambarkan dalam film
“The Three Musketeers”,
seorang pemuda bernama d’Artagnan dan bergabung dengan korps elit, dia berteman dengan tiga musketeer paling tangguh di zamannya.

Diketahui, agenda besar dalam siasat Pilpres 2024 adalah menyelamatkan Jokowi dengan rezim dan program-programnya pasca purna jabatan sekaligus mengawal peralihan kekuasaan ke tangan rezim berikutnya, melalui Ganjar-Mahfud.

Publik kemudian digiring sedemikian rupa dalam ‘drama kolosal’, seolah ada pengkhianatan, pergolakan dan pertarungan, Kubu Ganjar (PDIP) dengan Jokowi (Gerindra-Golkar-Demokrat-PSI).

Padahal drama kolosal itu kemungkinan sengaja di design untuk satu paket rangkaian kepentingan politik kekuasaan, yakni menyelamatkan rezim Jokowi saat ini dan mengukuhkan kembali kelanjutan estafet kekuasaan pada rezim berikutnya.

Kalau kita lihat dengan ‘kaca mata’ seorang pengamat, ada tiga kemungkinan skenario menghadapi Pilpres 2024 mendatang dari rezim “The Three Musketeers ” ini yang perlu kita cermati.

Pertama, Jokowi diposisikan mendukung Prabowo dan ada Gibran disana agar menjadi sasaran tembak serangan kritik serta caci maki kubu Ganjar-Mahfud.
Kubu Jokowi plus MK dijadikan bahan mengolah resep serta menu caci maki oleh kubu Ganjar, semata-mata agar Ganjar dan PDIP terlihat “on the track” pengawal Demokrasi dan sebagai lawan Jokowi.

Ini sesungguhnya siasat, PDIP yang merupakan Kubu Ganjar justru adalah motor perusak Demokrasi lewat tangan kekuasaan Jokowi.

Untuk lepas tangan dari kekacauan tersebut, Kubu Ganjar diposisikan seolah menjadi seteru Jokowi yang mengendorse Prabowo-Gibran. Namun ini lagu klasik, karena siapapun dari keduanya kelak yang menang, akan saling menyelamatkan satu sama lain, lalu kembali naik dalam satu perahu.

Kedua, Mahfud dikondisikan tidak akan mundur dari Menkopolhukam, padahal UU Pemilu mensyaratkan wajib mundur dari jabatan. Tak mungkin seorang Mahfud, pakar hukum tata negara tak memahami aturan ini, pun begitu ia rela menggadaikan integritasnya untuk melakukan praktik politik tak beretika seperti ini.

Tapi ini lagi-lagi siasat, bisa jadi setelah putusan MK kemarin, PDIP akan lebih leluasa menguasai peta pertarungan, itu sebab harus ada Menkopolhukam yang juga sebagai peserta Pilpres.

Ketiga, kubu Ganjar-Mahfud yang seolah memaki Jokowi dengan Dinasti Keluarganya sesungguhnya sedang menyelamatkan Jokowi dengan “berpura-pura” menyerang dan berperan sebagai lawan . Begitu Ganjar-Mahfud menang, mereka pun kembali berangkulan dengan erat penuh senyum kemenangan.

Prabowo pun dipaksa merelakan elektabilitasnya rusak dengan harus mendapuk Gibran yang diumpankan sebagai Cawapresnya. Artinya ini bumper pengaman dibelakang, kalau bola gagal ditangkap pasangan Ganjar-Mahfud didepan, maka ada pasangan Prabowo-Gibran yang siap menjaga dibelakang.

Namun skenario utamanya tentu tetap memenangkan pasangan Ganjar-Mahfud, dengan demikian Kubu Jokowi kembali langgeng ke posisi semula, Jokowi aman, kabinet lama selamat dan semua program pembangunannya bisa dilanjutkan ditangan orang yang tepat menurutnya.

Kira-kira begitu skenario “The Three Musketeers” jelang Pilpres 2024 dari apa yang kita saksikan saat ini. (*)

Penulis : Zulkarnain Ali Naru

 Komentar

Berita Terbaru
Opini01 Desember 2023 17:00
MONSTER GENOSIDA
Beberapa waktu lalu, dari Gaza, Palestina, dikabarkan sekitar 11.000 bungkusan jenazah diturunkan kedalam tanah. Data tersebut, termasuk 4.506 bayi da...
Metro01 Desember 2023 07:42
30 Tahun Tak Bayar Pajak, Satu Juta Lebih Kendaraan di Sulsel Berpotensi Dikandangkan
POSMAKASSAR.COM – Sekitar satu juta lebih kendaraan di Sulawesi Selatan (Sulsel) terancam akan dihapus status kendaraannya. Tim Direktorat Lalulinta...
Opini30 November 2023 23:58
INDAHNYA LUKISAN ALAM
Menyusuri jalan setapak berbukit yang berkelok hasil swadaya sejak masa penjajahan. Jalur pintas dari Kota Malino ke kab Maros lewat Kampung Parigi ke...
Metro30 November 2023 21:06
Dispar Makassar Raih Penghargaan WiNNER
POSMAKASSAR.COM — Dispar Makassar meraih penghargaan sebagai mitra strategis dalam Ajang Wirausaha Sosial untuk Negeri (WiNNER). Prestasi ini di...